Perempuan itu seperti sudah
mengenaliku saja. Belum juga naik angkot yang kutumpangi, dari jauh dia sudah
melempar senyum dan terlihat ingin segera menyapaku. Padahal aku sendiri baru
saat itu bertemu dengannya. Setelah di dalam angkot, dia langsung menanyai
kabarku. Lalu, aku tersenyum dan menjawab bahwa aku dalam keadaan baik. Setelah
melihat dekat, ternyata senyumanku membuatnya kaget dan pipinya merah menyala
karena malu (Deu, saking manisnya senyumanku gitu ya…). Dia salah tingkah dan
langsung meminta maaf karena sudah salah orang. Dikiranya aku adalah temannya.
Hahay, tak mengapa lah. Muka aku memang pasaran kali ya… gubrakk.
Untuk mengalihkan malunya itu.
Kasian ih, anak orang dibikin malu. Aku langsung mengajaknya ngobrol dan
berujung pada pertemanan. Alhamdulillah. (Tapi kalau ditanya siapa namanya.
Nah, sekarang aku bakalan bengong nih. Lupa!)
Kemarin, saat aku menghadiri acara
wisuda temanku. Seorang ibu yang usianya kira-kira 60 tahun tiba-tiba menyapaku.
Dia mengira bahwa aku adalah Popy.
Aku tersenyum dan menjawabnya bahwa aku bukanlah Popy. Tapi, si ibu itu
keukeuh bahwa aku adalah Popy.
bahkan sampai menyebutkan nama, alamat, dan orang tua Popy. Aku terkekeh melihat
wajahnya yang berusaha ingin meyakinkan dirinya. Lalu, aku jelaskan sekali lagi
dengan pelan, bahwa aku bukanlah Popy.
Aku juga memang mengenal Popy.
Kenal dekat malah. Dulu aku sering berkunjung ke rumah Popy. Nah, mungkin saja si
ibu itu pernah melihatku berada di rumah Popy.
Jadi dikiranya aku ini Popy.
Aha, lucu sekali. Aku jadi merindui Teh Popy.
Apa kabarmu sekarang?! >.<
Dan hari Rabu kemarin. Saat aku
berada dalam angkot. Dua orang ibu-ibu menyusulku menaiki angkot yang
kutumpangi. Dengan santunnya ibu itu menyapaku seperti orang yang sudah kenal
lama denganku. Aku hanya tersenyum. Dalam hati aku berbisik bahwa si ibu pasti
mengira aku adalah orang yang dia kenal. (Hoaaah… apa penampilanku hari itu
yang mirip ibu-ibu banget ya…tuing). Akhirnya dia turun dari angkot lebih dulu
dariku.
“Mangga, Ibu, tipayun.” Katanya
sambil menyerahkan ongkos kepada pak sopir.
“Oh, muhun mangga.” Jawabku.
Aaaaaargg…. Tuuuuh kaaan,
penampilanku hari itu mirip ibu-ibu banget. Tas gendong di pundakku tak
berhasil menunjukan bahwa aku ini masih mahasiswa.
Hiaaaaat…. Dezzziing.
Terussss… nanti aku mirip siapa
lagi ya???!!! @_@
0 komentar:
Posting Komentar