“Long weekend?
Haah, seneng bangeet….”
May
be, itulah ekspresi dari sebagian
kawan-kawan kampusku. Secara, setelah beberapa hari yang lalu kami disibukkan
dengan tugas-tugas kuliah yang subhanallah
hebatnya. Selama empat hari dalam pekan ini kami bebas dari kesibukkan kuliah.
Hah? Bebas? Gak juga kayaknya deh. Banyak tugas yang ternyata masih ngantri
minta diselesaikan, baik individu ataupun kelompok. Dan satu yang penting juga
adalah menghafal naskah drama, yang diantara kami masih banyak belum
menghafalnya (termasuk aku, hehe…). Padahal pementasan tinggal menghitung hari.
Bagiku, empat
hari ini bukanlah long weekend, tapi long
journey as usual. Tidak masuk kampus, bukan berarti berhenti beraktifitas.
Kesempatan ini aku gunakan untuk berbenah rumah, mencuci pakaian, dan berbagi
kasih sayang bersama keluarga.
Tidak hanya itu,
aktivitas di luar rumah pun menunggu juga. Wah, benar juga ya ternyata
kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang tersedia, akan sia-sia sekali jika
kita tidak memanfaatkanya dengan sebaik mungkin. Ada banyak hal yang perlu
dipersiapkan dan didiskusikan untuk kegiatan FLP Gathering se-wilayah Jawa Barat di bulan April nanti. Alhamdulillah,
aku tidak bergerak sendiri. Ada kawan yang selalu menemani untuk saling berbagi
dan melengkapi, meski hanya beberapa orang saja. Mungkin akan terasa lelah dan
sia-sia, saat apa yang dipikirkan hanyalah soal seberapa banyak tenaga dan
pikiran yang harus dicurahkan, serta materi yang harus dikeluarkan. Namun,
sangat berbeda sekali rasanya jika apa yang dipikirkan adalah tentang
pembelajaran, kebermanfaatan, dan indahnya ukhuwah serta saling mengerti karena
Allah ta’ala. Ah, beginilah, kenapa aku masih bisa bertahan berjuang di
lingkaran ini. Seperti bermain congklak, begitulah kami mengibaratkannya;
saling berbagi, dan saling menerima.
Hari ini kami
sepakat untuk bertemu di Rumah Auliya untuk mengurusi beberapa hal.
Bismillah…
Angkot melaju membawaku ke tempat tujuan. Aneh rasanya, mataku benar-benar
tidak bisa diajak kompromi, ngantuknya minta ampun. Ketika mataku mulai tak
kuasa terjaga, kesadaran pun tinggal setengahnya. Tiba-tiba sebuah hentakkan
rem mobil mengejutkanku. Terlihat pak sopir berusaha membelokkan arah mobil
kesebelah kanan, sepertinya ingin menghindari sesuatu, tapi dalam waktu
bersamaan, mobil truk yang melaju cepat
datang dari arah yang berlawanan. Dengan cepat sopir angkot membelokkan kembali
kearah sebelah kiri untuk menghindari tabrakan.
Astaghfirullah….
Kulihat ada
sesuatu yang tertabrak oleh angkot yang kutumpangi. Mataku terus tertuju ke
belakang, sementara mobil angkot terus melaju. Mengerikan, ternyata seekor
kucing telah tergeletak tak berdaya. Aku hanya bisa melihatnya dengan iba dari
jauh dan semakin jauh. Mobil truk yang hampir tabrakan dengan angkot yang
kutumpangi itu terlihat berhenti sejenak. Pak sopir tentunya merasa shock, menyetir mobil pun dengan paras
yang penuh rasa bersalah dan tidak tenang sepertinya.
“Nanti saya
balik lagi untuk mengurusi kucing itu, setelah mengantarkan penumpang sampai di
terminal.” Tuturnya untuk meyakinkan penumpang bahwa dia bertanggung jawab atas
peristiwa ini.
Astaghfirullah…
lagi-lagi hanya itu yang bisa aku ucapkan.
0 komentar:
Posting Komentar