Ia menjadi indah
Oleh pengorbanan menjemputnya
Di palung samudra
Juga oleh waktu yang menjemputnya
Seperti dirimu yang membentuknya
Oleh pengorbanan yang kau
baktikan
Pada sesama
Sungguh engkau indah
Karena engkau adalah mutiara
MUTIARA… awalnya ia bukan apa-apa, hanya butiran pasir dan
debu kotor yang tak ada harganya. Waktu yang kemudian membentuknya: detik demi
detik, di kedalaman samudra, dalam kegelapan cangkang makhluk-Nya, dengan
proses yang demikian panjang dan pelan, penuh kesabaran. Pun kemudian,
keindahannya juga tak dapat segera dinikmati dengan segera didalam lautan,
dikelurakan dari rumahnya yang kokoh, dibersihkan, disepuh, dan diolah hingga
menjadi perhiasan istimewa. Sungguh sebuah proses yang panjang dan melelahkan,
bahkan bukan tidak mungkin terhenti ditengah jalan.
Mungkin engkau pernah merasa dirimu bukanlah apa-apa saat
ini. Bahkan bisa jadi lebih dari itu, engkau membenci dirimu sendiri sebagai
manusia tak berguna, makhluk sisa-sia. Begitu banyak kekurangan, begitu banyak
kesalahan dan keburukan. Apalagi orang lain tampak lebih sempurna dan memiliki
banyak kelebihan, rasanya engkau makin ingin tenggelam. “Mengapa orang lain
begitu banyak kelebihan, sedang aku tak memiliki apa-apa kecuali kekurangan?
Mengapa aku buruk, sedang orang lain cakep? Mengapa orang lain berhasil, sedang
aku miskin?”….serta beribu “mengapa” lainnya yang akan membuaat aku kecewa,
terluka, dan terpaku pada kekurangan-kekurangan yang kita miliki.
Padahal, saya percaya, setiap kita tahu dan yakin, bahwa
Allah tidak mungkn menciptakan makhluk-Nya hanya dengan kekurangan saja atau
kelebihan saja; hanya dengan madharatnya saja, tanpa manfaat, atau sebaliknya.
Pun kita manusia, pastilah memiliki keduanya dalam porsi yang imbang. Dia Yang
Mahakuasa membekali manusia dengan segala kelebihan, menjadi setiap insan
memiliki keistimewaan. Hanya saja, proses hidup yang kita alami mungkin telah
membuatnya hanya menjadi potensi terpendam, tak muncul ke permukaan. Bahkan , mungkin
keistimewaan itu, sekalipun ia pernah muncul di masa kecil kita, kemudian
terkubur oleh segala tekanan dan rintangan.
Padahal, ibarat mutiara, kita tak dapat menjadi berharga
begitu saja. Kita butuh waktu untuk membentuknya. Kita butuh proses panjang
untuk mendapatkan keindahannya.
Proses ini, membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Ya,
sesungguhnya setiap kita adalah mutiara yang memiliki pancaran keindahannya
masing-masing, seperti apapun adanya kita pada awalnya. Kita hanya harus
menyepuhnya, untuk mebuatnya menjadi berharga.
Proses menyepuh ini, banyak cara dan jalannya. Rintangan,
hambatan, dan pengalaman, sesungguhnya merupakan bagian dari pembelajaran dan
proses menyepuhnya.
Proses menemukan “kemutiaraaan” kita ini dapat diupayakan
oleh kita sendiri atau orang lain….atau oleh gabungan keduanya. Hal itu tidak
akan menjadi masalah karena pada dasarnya kita adalah mutiara. Kita hanya harus
berusaha semaksimal mungkin, buka mata, buka telinga, buka hati, dan buka
pikiran untuk menerima masukan-masukan kebaikan. Hanya satu awal yang perlu kita
lakukan; itikad dan keyakinan untuk menjadi mutiara.
Sesunnguhnya saya ingin menjadi mutiara melalui berbagi dan
berbakti pada sesama.
Engkau? menjadi mutiara seperti apa yang engkau inginkan?
0 komentar:
Posting Komentar