“Alhamdulillah, semua biaya dan ongkos telah lunas
dibayar. Semoga kesampaian tahun depan.” Ujar laki-laki separuh baya di sebuah
rumah bercat putih yang tengah asyik berbincang dengan wanita disampingnya.
Mungkin dia adalah istrinya.
“Alhamdulillah ya Pak, semua ikhtiar yang bapak
usahakan untuk menunaikan kewajiban yang satu ini akan terbalaskan.
Mudah-mudahan setelah bapak berangkat
tahun depan, ibu bisa berangkat juga di tahun berikutnya.” Jawab wanita
disampingnya.
“Aamiin, Bu. Kita hanya butuh niat dan keyakinan
yang kuat bahwa Allah akan memanggil kita untuk berhaji ke baitullah. Doakan
saja usaha bapak biar lancar.”
“Aamiin”
Maghrib akan segera tiba saat senja berlalu tanpa
pamit. Bapak dan Ibu itu pun bergegas mengambil air wudhu dan berangkat ke
mushola kecil di seberang rumah mereka. Orang memanggilnya Pak Umar. Sudah
hampir 30 tahun usaha Pak Umar adalah sebagai tukang burjo alias bubur kacang
ijo. Dan sekarang beliau bisa menikmati hasilnya dengan berangkat haji. Dengan
rombongan jama’ah haji tahun 2012. Keempat anaknya pun bisa menjadi anak-anak
yang mandiri. Bahkan si anak laki-laki satu-satunya pun ikut menjadi tukang bubur. Si bungsu tengah menyelesaikan
S1 nya di salah satu universitas Kuningan, kota kelahirannya.
Di sebelah timur kota kuningan pak Umar tinggal
bersama keluarganya. Pengalamannya dalam berdagang ke luar kota tidak diragukan
lagi. Kota Jakarta, Bandung, Tegal dan daerah lainnya pernah beliau sambangi
untuk sekedar mencari nafkah untuk keluarga. Sebenarnya tidak hanya Pak Umar
yang berdagang burjo ke luar kota. Hampir setiap penduduk di daerah sana
merantau ke luar kota sebagai tukang burjo. Yang sekarang burjo telah menjadi
makanan khas Indonesia, dimana masyarakat kota Kuninganlah yang banyak
mengggeluti bidang ini. Semua tersebar di berbagai kota besar. Yogyakarta,
Jakarta, Bandung, Sumedang, Majalengka dan kota lainnya. Kuningan terkenal
dengan burjo-nya di daerah Yogyakarta karena hampir di setiap penjuru kota yang
terdapat warung burjo, pemiliknya adalah orang-orang asli dari kota Kuningan.
Kekayaan budaya yang bervariasi milik Indonesia ini
telah banyak diangkat oleh dunia. Termasuk makanan khas yang satu ini.
merupakan kebanggan bagi masyarakat Indonesia, Kuningan khususnya. Namun, ada
kesakitan saat kelalaian dalam menjaga kebudayaan ini direnggut oleh Negara
lain. Betapa sangat disayangkan, burjo warisan budaya Indonesia diakui sebagai
makanan khas Negara tetangga. Tapi sebagai masyarakat mau bertindak apa. Semua
diserahkan kepada pihak pemerintah untuk yang menanganinya.
Selain Pak Umar, tidak sedikit warga daerah timur
kota Kuningan ini telah berhasil dalam berdagang burjo. Ada yang bisa membangun
rumah mewah, membeli mobil mewah, dan setidaknya cicilan motor pun bias
terlunaskan. Semuanya tergantung ikhtiar yang dijalankan dalam memenuhi
kebutuhan hidup yang tentunya tanpa terlepas dari ketentuan Sang Pemilik Segala
atas rizki yang dikaruniakan. Pak Umar memilih membelanjakan hartanya di jalan
Allah dengan menunaikan ibadah haji, meski penghasilannya tidaklah terlalu
melimpah dibanding para tetangganya yang
mempunyai rumah dan mobil mewah. Sungguh suatu kemuliaan baginya.
Sejarah Kuningan tentang penjual bubur kacang ijo
pun telah tercatat dalam sebuah buku. Dimana sudah beberapa puluh tahun
kebanyakan masyarakat Kuningan berkecimpung dalam perdagangan bubur kacang ijo.
Pak Umar selalu menyerahkan urusannya kepada Sang
pencipta, beliau tidak ingin mengambil jalan pintas agar jualannya laku
dikunjungi pembeli. Tanpa pergi ke dukun, atau segala hal yang mendekati
kemusyrikan. Karena di daerahnya tak sedikit warga yang masih mempercayai hal
itu, dengan melakukan hal-hal yang sebenarnya dilarang dalam syari’at islam.
Sholat tahajjud dan dhuha tak pernah beliau
tinggalkan. Mungkin inilah resep jitu berdagangnya. Ramah, dan bersosialisasi
dengan para tetangga. Meski ada saja orang yang iri dengannya, atau merasa
takut dengan wibawanya. Padahal Pak Umar adalah orang yang sangat terbuka untuk
sekedar berbincang. Bubur kacang ijo buatannya pun mempunyai aroma dan rasa
yang khas, dan banyak diminati para pembeli.
Betapa Allah telah memberi jalannya masing-masing
untuk setiap makhluk-Nya yang terus berusaha dalam mencari rizki di muka bumi
ini. meski dengan bejualan bubur kacang ijo Pak Umar bisa menunaikan ibadah
haji. Kota Kuningan memang kota yang kecil, namun dari hal yang kecil inilah
terdapat beberapa potensi dalam memperkaya hasanah makanan khas Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar